Dalam budaya kita dikenal sebuah ritual yang dikenal dengan istilah selametan (selamet makan ketan..haha..), yaitu sebuah acara syukuran atas sebuah kegiatan atau peristiwa. Ritual itu bisa berupa penutupan panitia tujuhbelasan, kenaikan kelas, lahiran anak, panen, kawinan, pokoknya banyak sekali acara dalam konteks budaya kita yang ditutup acara selametan ini.
Selametan ternyata bukan monopoli bangsa timur seperti kita namun sifatnya sangat universal. Dunia barat juga mengenal acara sejenis, thanksgiving contohnya. Jadi sebuah kewajaran bila di kapal pesiar pun, kami mengenal acara selametan yang disebut crew party. Dalam setahun kami banyak mengadakan crew party, mulai dari independence day-nya orang Amerika, orang Filipina, orang dewek, ulang tahun ratu londo, ulang tahun ratunya David Beckham, taon baruan, goodbye alaska welcome caribbea (dan sebaliknya),atau goodbye Europe welcome caribbea (juga sebaliknya),lulus hasil uji inspeksi departemen kesehatan Amerika (USPH) dan banyak selametan lainnya. Pokoknya party, party and party!
Acara ini biasanya diadakan di crew messroom, yaitu tempat para awak makan sama kongkow-kongkow. Kadang mooring deck depan bisa dijadikan tempat alternatif. Tempat ini sebenarnya adalah tempat digulungnya tambang kapal yang segede belalai gajah dan rante jangkar kapal. Acara dimulai dari jam sebelas malem sampe jam dua pagi, peduli amat kita besok paginya mesti kerja early. Yang penting pesta!
Makanan dan minuman disajikan di meja. Makanan yang disajikan biasanya ada nasi goreng, mie goreng, chicken wing, kalby beef, panggang babi, roti Filipina, kerupuk udang dan banyak panganan lainnya yang bikin pipi tembem. Minuman yang digelontorin di pesta nggak jauh dari softdrink, bir sama liqour (biasanya vodka, whiskey, gin dan rum), cukup buat kepala kliyengan sampai pagi deh!
Jam sebelas teng, musik pun dipasang kenceng, jedang jedung! Bikin pantat sama kepala gatel pengen diajak goyang. Selametan pun dimulai! Cuap-cuap panitia acara nggak begitu diperhatiin, abis perhatian orang lebih terpusat kepada isi perut sama minumannya serta cewek inceran yang mudah-mudahan bisa diajak one night stand. Paling ketika kapten kapal mengucapkan sepatah dua patah katanya, baru kita agak ngiyem dikit. Nanti dianggap nggak tahu diri. Jaim dikit ngapa!
Para awak pun mulai berkumpul, baik pria, wanita dan “nggak pria nggak wanita”. Semua tumplek blek di acara makan, minum sama goyang. Dandanan yang dipakai sebenarnya nggak diatur. Jadi lebih kearah kasual tapi banyak juga yang masih berseragam terutama anak diningroom yang memang panjang jam kerjanya. Ada juga sekelompok yang berpakaian bak pragawati yang kesambet, heboh abis! Bikin nyokap bokapnya ngelus dada kalo tahu kelakuan anaknya ini. Kelompok ini biasa dikenal dengan crew yang nggak jelas orientasi seksualnya, yaitu kelompok yang nggak pria nggak juga wanita atau lebih dikenal dengan nama binan / bencong. Hebatnya lagi kebanyakan dari mereka adalah orang Indonesia!
Karakter tiap bangsa jelas sekali terlihat. Kelompok crew bule sama Filipina lebih banyak berkumpul di counter minuman, hanya sedikit orang kita gabung disini. Kelompok Indonesia lebih sering menjadi penonton di kondangan ini meski ada juga yang ikut larut. Orang kita lebih banyak duduk dengan manis sambil denger musik dan menikmati hidangan. Kelompok Filipina selain dekat dengan counter minuman juga dekat dengan tempat makanan, makanya nggak heran tubuh mereka lebih sentosa dibanding orang kita.
Harus diakui bahwa bangsa kita kadang dianggap pemalu di tengah kelompok internasional. Sebenarnya hal ini lebih kepada budaya kita yang membuat kita kurang bisa asertive dalam berkomunikasi antar budaya. Menurut teori komunikasi, dalam konteks timur khususnya kita dikategorikan kedalam high level context, yang berarti dalam berkomunikasi, bangsa kita lebih menuntut lawan bicara kita lebih mengerti hal-hal yang nonverbal. Sedangkan bangsa bule lebih mengarah ke low level context, yang berarti lebih banyak menuntut komunikasi verbal dengan lawan bicaranya.
Malam makin larut, irama musik pun kadang kenceng kadang slow. Kepala yang hadir pun makin terasa berat malah deket -deket ke doyong. Lucunya kalo pas musik slow, crew berjenis kelamin betina jadi rebutan untuk diajak dance, maklum perbandingannya nggak seimbang. Kalo beruntung dapet, lumayanlah bisa meluk-meluk karena dempetan badan. Setelah itu tergantung kelihayan anda dalam bertutur kata sehingga si cewek bule atau Filipina hooh saja ketika pesta bubar diajak ke kamar kita atau bahkan mereka yang ngajak ke kamarnya.
Jam dua teng, selametan pun usai yang ditandai dengan dihentikannya musik dan dinyalakannya lampu . Yang tersisa tinggal sampah bertebaran di mana-mana. Dengan langkah gontai para awak pun kembali ke kabinnya masing-masing, kecuali mereka yang beruntung dapet pasangan. Satu pesta telah berlalu dan besok pagi kami harus mulai dengan rutinitas kembali. Sedikit tidur lumayan lah untuk mengurangi kepala yang berat karena pengaruh alkohol yang dikonsumsi. Tenang saja, masih banyak pesta-pesta lainnya menunggu di hari-hari mendatang. Bila malam tadi nggak beruntung dapet pasangan, bukan tidak mungkin giliran anda di pesta selanjutnya.###
Acara ini biasanya diadakan di crew messroom, yaitu tempat para awak makan sama kongkow-kongkow. Kadang mooring deck depan bisa dijadikan tempat alternatif. Tempat ini sebenarnya adalah tempat digulungnya tambang kapal yang segede belalai gajah dan rante jangkar kapal. Acara dimulai dari jam sebelas malem sampe jam dua pagi, peduli amat kita besok paginya mesti kerja early. Yang penting pesta!
Makanan dan minuman disajikan di meja. Makanan yang disajikan biasanya ada nasi goreng, mie goreng, chicken wing, kalby beef, panggang babi, roti Filipina, kerupuk udang dan banyak panganan lainnya yang bikin pipi tembem. Minuman yang digelontorin di pesta nggak jauh dari softdrink, bir sama liqour (biasanya vodka, whiskey, gin dan rum), cukup buat kepala kliyengan sampai pagi deh!
Jam sebelas teng, musik pun dipasang kenceng, jedang jedung! Bikin pantat sama kepala gatel pengen diajak goyang. Selametan pun dimulai! Cuap-cuap panitia acara nggak begitu diperhatiin, abis perhatian orang lebih terpusat kepada isi perut sama minumannya serta cewek inceran yang mudah-mudahan bisa diajak one night stand. Paling ketika kapten kapal mengucapkan sepatah dua patah katanya, baru kita agak ngiyem dikit. Nanti dianggap nggak tahu diri. Jaim dikit ngapa!
Para awak pun mulai berkumpul, baik pria, wanita dan “nggak pria nggak wanita”. Semua tumplek blek di acara makan, minum sama goyang. Dandanan yang dipakai sebenarnya nggak diatur. Jadi lebih kearah kasual tapi banyak juga yang masih berseragam terutama anak diningroom yang memang panjang jam kerjanya. Ada juga sekelompok yang berpakaian bak pragawati yang kesambet, heboh abis! Bikin nyokap bokapnya ngelus dada kalo tahu kelakuan anaknya ini. Kelompok ini biasa dikenal dengan crew yang nggak jelas orientasi seksualnya, yaitu kelompok yang nggak pria nggak juga wanita atau lebih dikenal dengan nama binan / bencong. Hebatnya lagi kebanyakan dari mereka adalah orang Indonesia!
Karakter tiap bangsa jelas sekali terlihat. Kelompok crew bule sama Filipina lebih banyak berkumpul di counter minuman, hanya sedikit orang kita gabung disini. Kelompok Indonesia lebih sering menjadi penonton di kondangan ini meski ada juga yang ikut larut. Orang kita lebih banyak duduk dengan manis sambil denger musik dan menikmati hidangan. Kelompok Filipina selain dekat dengan counter minuman juga dekat dengan tempat makanan, makanya nggak heran tubuh mereka lebih sentosa dibanding orang kita.
Harus diakui bahwa bangsa kita kadang dianggap pemalu di tengah kelompok internasional. Sebenarnya hal ini lebih kepada budaya kita yang membuat kita kurang bisa asertive dalam berkomunikasi antar budaya. Menurut teori komunikasi, dalam konteks timur khususnya kita dikategorikan kedalam high level context, yang berarti dalam berkomunikasi, bangsa kita lebih menuntut lawan bicara kita lebih mengerti hal-hal yang nonverbal. Sedangkan bangsa bule lebih mengarah ke low level context, yang berarti lebih banyak menuntut komunikasi verbal dengan lawan bicaranya.
Malam makin larut, irama musik pun kadang kenceng kadang slow. Kepala yang hadir pun makin terasa berat malah deket -deket ke doyong. Lucunya kalo pas musik slow, crew berjenis kelamin betina jadi rebutan untuk diajak dance, maklum perbandingannya nggak seimbang. Kalo beruntung dapet, lumayanlah bisa meluk-meluk karena dempetan badan. Setelah itu tergantung kelihayan anda dalam bertutur kata sehingga si cewek bule atau Filipina hooh saja ketika pesta bubar diajak ke kamar kita atau bahkan mereka yang ngajak ke kamarnya.
Jam dua teng, selametan pun usai yang ditandai dengan dihentikannya musik dan dinyalakannya lampu . Yang tersisa tinggal sampah bertebaran di mana-mana. Dengan langkah gontai para awak pun kembali ke kabinnya masing-masing, kecuali mereka yang beruntung dapet pasangan. Satu pesta telah berlalu dan besok pagi kami harus mulai dengan rutinitas kembali. Sedikit tidur lumayan lah untuk mengurangi kepala yang berat karena pengaruh alkohol yang dikonsumsi. Tenang saja, masih banyak pesta-pesta lainnya menunggu di hari-hari mendatang. Bila malam tadi nggak beruntung dapet pasangan, bukan tidak mungkin giliran anda di pesta selanjutnya.###
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.